Minggu, 02 Oktober 2016

BURGREENS ; Junkfood sehat




Junkfood yang sudah mempunyai citra buruk di masyarakat (namun masih saja laris manis) karena menggunakan bahan-bahan yang kurang sehat diputar balikan oleh Max Madias dan Helga Angelina, partner bisnis sekaligus pasangan suami-istri pemilik BURGREENS; Restoran Burger dengan konsep healty, green, dan organik.


Berawal dari keinginan kuat untuk hidup sehat dan kecintaannya pada makanan sehat Max dan Helga membuat binis makanan vegetarian dengan nama BURGREENS, BURGER dan GREENS, bukan Burger yang hijau namun Burger yang sehat karena hijau adalah perwakilan dari alam, dan alam adalah sumber bahan organik yang sungguh alami serta sumber sehat umat manusia.

Semua menu makanan dan minuman nabati yang disediakan di BURGREENS mempunyai rasa yang tak kalah dengan menu-menu hewani,dan tentu saja menyehatkan karena Nutrisi dan protein dalam setiap menunya dipertimbangkan sesuai kebutuhan tubuh manusia agar mendapatkan manfaat dan gizi makanan yang seimbang.

 Menu yang ditawarkan pun berfariasi, Burger tetapi berbahan dasar organik, Steak dari mushroom, Nasi Goreng, Jejamuran, dan aneka minuman buah-buahan.



Bisnis yang diinisiasi oleh Helga dan Max ini sungguh adalah sebuah usaha yang mulia yang mengusung model Social Enterpreneurship atau bisnis wirausaha yang berdampak positif bagi sosial.  Penggunaan bahan di BURGREENS dijamin keorganikannya karena diambil dari kolega penyalur sayuran organik  dan langsung dari petaninya. BURGREENS dengan Yayasan Usaha Mulia pun rela merepotkan diri untuk mengedukasi para petani yang menjadi akar dari bisnis mereka agar menghasilkan tanaman organik sesuai klasifikasi tanaman sehat tanpa pestisida.


Petanipun bisa menjual hasil tanam mereka dengan harga yang berkualitas tanpa tipudaya dan timpang harga. Sebuah simbiosis mutualisme yang jarang kita temui di dunia bisnis, mengingat model binis yang berkembang dimasyarakat hanya melulu tentang profit, profit, dan profit, aspek lainnya pun dinomerduakan dan hanya sebagai formalitas ataupun strategi bisnis.



Pemilihan lokasi dalam bisnis restoran Helga dan Max tidak menjadi hal yang utama karena mereka beranggapan bahwa bisnis makanan yang mereka kelola akan laku atau diterima di masyarakat jika makanan yang mereka sajikan itu berkualitas, “Kami berfokus pada kualitas bahan baku dan rasa produk” kata Helga. Menurut Max” Tempat yang strategis dan lainya hanyalah bonus, kualitas bahan dan rasa adalah yang utama”.

Sekarang banyak orang yang rela untuk berpergian lebih jauh untuk mendapatkan apa yang mereka inginkan. Hal itu juga terbukti dengan selalu ramainya Bisnis Restoran BURGREENS yang mereka kelola di Tangerang dan Jakarta Selatan.

Media Sosial berperan penting dalam penyebaran virus kebaikan ini, selain dari kekuatan penyebaran informasi secara verbal atau mulut-ke-mulut.

Helga yakin, salah satu kunci untuk kemandirian bangsa, revolusi dan keberlanjutan lingkungan hidup adalah social entrepreneurship. “Untuk teman-teman yang ingin membangun bisnis, carilah bisnis yang memberikan solusi untuk isu-isu sosial di Indonesia. Untuk membangun bisnis yang sustainable, penting banget untuk improving people’s lives, jangan hanya membangun bisnis yang sedang tren. Bila kita hanya membangun bisnis yang sedang tren,brand kita akan hilang saat tren tersebut berganti. Selain lebih sustainablesocial entrepreneurship juga jauh lebih fulfilling untuk kita yang melakukan,” paparnya.


Model bisnis Social Enterpreneurship semacam ini patut diperhatikan dan dipertimbangkan oleh para entrepreneur masa kini. Pengelola bisnis kontemporer dituntut untuk memperhatikan aspek-aspek yang berhubungan dengan dampak sosial dan lingkungan berkaitan dengan bisnis yang mereka kelola, tidak hanya berfokus pada untung dan rugi saja.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar